This is a free and fully standards compliant Blogger template created by Templates Block. You can use it for your personal and commercial projects without any restrictions. The only stipulation to the use of this free template is that the links appearing in the footer remain intact. Beyond that, simply enjoy and have fun with it!

Sabtu, 17 November 2007

Ditolak Istri

Dok,saya ayah dengan satu orang anak berusia 39 th istri saya berusia 35 thn. Dapat dikatakan pada umumnva perkawinan kami cukup baik, tidak ada masalah besar, hanya soal kecil-kecil saja. Cuma satu yang bagi saya cukup besar, yaitu soal seks. Istri saya sering "menolak" sanggama dengan berbagai cara. Ketika saya bicarakan dengan teman-teman, ternyata beberapa menghadapi hal yang sama. Merasa "ditolak" istrinya. Alasannya macam-macam, pusinglah, capeklah, terlalu malam atau terlalu pagi dan sebagainya. Kalaupun terjadi, kelihatannya terpaksa saja. Padahal peristiwa itu seharusnva istimewa. Kadang saya melamun, membayangkan yang tidak-tidak. Jangan salah duga Bu, Saya bukan lelaki suci ataupun playboy. Normal saja. Saya takut kalau begini terus, saya bisa menjadi binal di luar. Saya pun mengerti bahwa istri saya lelah, sebab kami sama-sama bekerja, tetapi haruskah pekerjaan membunuh kemesraan?"


Aan ,padang

Pak aan yang baik, sebenarnya permasalahannya adalah komunikasi dan persepsi dari bapak dan ibu sendiri, apakah kemesraan yang bapak impikan itu sama dengan kemesraan yang didambakan istri? Bagi Bapak, mesra bisa berarti mendapat layanan super Hot di ranjang. Bagi istri mungkin berarti: ngobrol mesra, bukan dia cerita, Bapak baca koran. Atau mesra kalau sekali-sekali di "larikan" ke Bali, atau digandeng ke gedung bioskop atau ke dokter. Bukan masing-masing jalan sendiri saja.

Bapak merasa heran, bagaimana ia bisa menolak "sesuatu" yang begitu istimewa? Saya bertanya: Benarkah istimewa? Atau malah sebaliknya? Saya teringat peristiwa serupa dalam konseling pribadi. Di mana seorang istri kian hari kian mangkel pada suaminya yang tidak pedulian. Sang istri berkata: "Saya paling tidak suka kalau suami mulai meraba saya pada malam hari, sebab itu tanda harus ke situ." Saya bertanya: "Mengapa Ibu begitu yakin?" "Sebab kalau tidak ada maunya ia langsung pules membelakangi saya!"

Tentu saja ada 1001 alasan mengapa istri bersikap dingin pada ajakan sanggama suaminya. Pengaruh didikan masa kecil bagi para gadis yang memandang seks sebagai maksiat dan tabu yang harus dihindari juga meninggalkan bekas yang dalam.

Pasti sukar untuk bersikap mesra, seperti berbulan madu. Bukankah sikap suami pun berubah? Cobalah ingat, kapan dalam setengah tahun terakhir ini Anda pernah mengucapkan kata mesra seperti pacaran: "Adikku sayang, tolong ambil kan minum kakanda...!" Bukan cuma cap perintah: "Eh, minumnya mana? Cepat dooong. . . !"

Tidak heranlah, jika suasana ruang tidur pun berubah, hingga seorang pakar perkawinan berkata bahwa suasana tempat tidur adalah barometer perkawinan. Ketidak-mesraan ranjang adalah refleksi ketidakmesraan komunikasi antarsuami istri pula. Nah, ini pekerjaan rumah Pak. Silakan teropong lebih teliti apa penyebabnya.

Sebab jika hanya dilihat dari organ tubuh saja, maka genetalia perempuan dilengkapi mekanisme yang sangat sempurna untuk mencapai kepuasan optimal. Bahkan yang uterus atau klitorisnya sudah dibuang pun masih bisa mencapai puncak kepuasan. Juga yang menggunakan liang vagina palsu bisa orgasme.Namun organ itu tidak berdiri sendiri. Dia bekerjasama dengan saraf di kepala, yang erat hubungannya dengan sistem psikososial.

Teknik dan cara terbaik bisa didapat dengan menanyakan langsung pada yang merasa, mana yang paling menyenangkan. Namun cara dan teknik secanggih apa pun tidak akan berjalan optimal, jika tidak disertai kehangatan dan kasih sayang. Nah, selamat berupaya


0 komentar: