This is a free and fully standards compliant Blogger template created by Templates Block. You can use it for your personal and commercial projects without any restrictions. The only stipulation to the use of this free template is that the links appearing in the footer remain intact. Beyond that, simply enjoy and have fun with it!

Selasa, 27 Mei 2008

Ngidam

Saya sedang hamil kedua, memasuki bulan ketiga. Sama seperti waktu saya hamil pertama, kali ini pun saya baik-baik saja. Tetapi, ada yang lucu: suami saya seperti orang ngidam. Bukan hanya ingin makan rujak dan asinan, tetapi ia juga suka uring-uringan, malas, lesu, sering merasa mual, bahkan muntah. Saya juga pernah mendengar ada suami-suami lain yang seperti itu. Apakah hal itu normal? Apakah suami ngidam seperti ini ada penjelasannya secara ilmiah. Mohon maaf saya menanyakan hal ini sebab sudah lama hati saya bertanya-tanya apakah suami ngidam itu suatu fenomena ilmiah, atau hanya kemanjaan suami. Terima kasih atas penjelasan ibu.

Nina
somewhere

Jawab:
Nina yang baik,

Selamat ya Anda sedang dipercaya lagi oleh Allah SWT untuk membesarkan seorang anak di rahim Anda. Itu merupakan anugerah, yang juga merupakan salah satu tanda kelebihan seorang perempuan. Kelebihan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk meninggikan derajat perempuan. Saya percaya Anda pasti sedang dalam keadaan sangat bahagia saat ini.

Memang lucu juga ya memperhatikan seorang suami yang sedang ngidam. Apa lagi jika sang calon ibu justru tenang-tenang saja, bahkan jadi sibuk melayani ''kebutuhan ngidam'' sang calon bapak. Tapi, ini normal kok, sama normalnya dengan ngidamnya seorang calon ibu. Walaupun, sehari-hari kita memang lebih banyak bertemu dengan ibu yang sedang ngidam dari pada bapak yang ngidam.

Sebagaimana yang terjadi pada calon ibu, tidak setiap calon bapak mengalami masa ngidam. Bisa saja pada kehamilan pertama isterinya seorang suami mengalami ngidam, tetapi pada kali lain tidak. Gejala ngidam tanpa diobati akan hilang sendiri. Biasanya begitu kehamilan isterinya mencapai trimester kedua atau ketika sang jabang bayi lahir.

Asal tahu saja, bu, ternyata di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa persentase suami yang ngidam cukup tinggi. Ada yang mengatakan sedikitnya 20 persen dari suami-suami yang isterinya sedang hamil mengalami fenomena ngidam, bahkan ada yang mengatakan sampai 80 persen. Entah mana yang benar, yang jelas di Indonesia setahu saya belum ada data yang cukup akurat tentang suami ngidam ini.

Fenomena 'suami ngidam' ini lazim disebut couvade syndrome, atau disebut juga sympathetic pregnancy. Fenomena ini sampai sekarang memang masih dianggap sesuatu yang agak misterius. Mungkin karena tidak terlalu banyak ahli yang menganggap ini sesuatu yang cukup penting dan cukup menarik untuk diteliti. Sehingga, informasi ilmiah yang akurat tentang hal ini memang masih kurang.

Definisi atau batasan couvade pun tidak begitu jelas, antara lain dipengaruhi oleh persepsi budaya suatu kelompok masyarakat atau bahkan definisi ini dapat berbeda dari orang per orang dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Buktinya, pada suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada suatu kelompok masyarakat tertentu, persepsi seorang suami dapat berbeda dengan isterinya sendiri tentang couvade ini.

Sering terjadi seorang isteri menganggap suaminya mengalami couvade atau ngidam, tetapi ketika ditanyakan kepada suaminya ia justru merasa tidak ngidam. Mungkin memang sang suami tidak menyadari bahwa ia mengalami perubahan emosi dan kondisi tubuh, mungkin juga ia malu untuk mengakui. Maklum banyak orang yang beranggapan seorang laki-laki tidak pantas untuk terlihat lemah, ia harus dapat selalu tampak kuat, apa pun yang terjadi di dalam hati dan tubuhnya.

Namun, di luar masalah definisi ini, beberapa ahli mencoba memberikan landasan ilmiah tentang couvade. Tentu saja ini berdasarkan teori-teori baku yang ada. Fenomena ngidam ini merupakan suatu fenomena psikosomatis. Artinya gejala yang dialami tubuh (secara fisik) yang disebabkan oleh dorongan psikis.

Psikosomatis berasal dari kata psiko = psikis dan somatik = tubuh. Hampir semua fenomena psikosomatik melibatkan terjadinya perubahan hormonal. Para ahli pun sepakat bahwa fenomena suami ngidam ini pun melibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh sang calon bapak.

Ada beberapa teori yang sering diajukan para ahli tentang couvade syndrome ini. Yang pertama, dikatakan bahwa seorang suami secara psikologis mempunyai perasaan sebagai seseorang pelindung, yang merasa wajib melindungi, mengayomi dan menanggung beban terbesar dalam keluarga.

Ketika sang isteri hamil, dengan segala keluhan yang menyertainya, dalam diri suami ada dorongan untuk mengurangi beban isteri, berbagi ''penderitaan'' dengan isteri. Namun, karena tidak dapat melakukannya, maka tanpa disadari dalam otak suami terjadi suatu proses unik yang mendorong terjadinya perubahan hormonal.

Perubahan kadar hormon dalam darah inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala ngidam, seperti pusing, mual, muntah, tidak enak badan, perut kembung, insomnia (sukar tidur), uring-uringan, malas, dan lain sebagainya, sampai ikut-ikutan kepingin makanan tertentu yang kadang aneh-aneh.

Sebagai informasi, bu, keadaan hormonal kita secara ilmiah memang sangat dipengaruhi oleh perasaan atau emosi. Emosi akan ditangkap sebagai impuls oleh sel-sel syaraf di susunan syaraf pusat kita, dan kemudian akan ditransmisikan sampai ke bagian otak yang memproduksi dan mengeluarkan hormon. Hormon inilah yang kemudian akan memicu reaksi berantai yang akan mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh.

Teori lain mengatakan bahwa timbulnya proses unik di otak yang mendorong terjadinya perubahan hormonal ini karena sang calon bapak merasa cemburu, merasa tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari timbul impuls sebagaimana yang tadi diuraikan. Ini merupakan bentuk ''cari perhatian'' atau dapat juga merupakan bentuk ''pengumuman'' kepada dunia bahwa ia seorang calon bapak.

Perubahan hormonal pada seorang calon bapak memang secara ilmiah sudah dibuktikan terjadi. Perubahan hormonal yang drastis dapat terjadi pada calon-calon bapak yang keterikatannya atau komitmennya dalam keluarga cukup besar, atau yang hubungan emosinya dengan sang isteri sangat besar. Namun, ini pun masih dipengaruhi oleh sangat banyak faktor lain, misalnya persepsi sosial-budaya, umur, dan kondisi fisik.

Suatu hasil penelitian yang menarik mengungkapkan bahwa pada suami yang sedang ngidam, kadar hormon estradiol (atau estrogen) dalam tubuhnya meningkat sejalan dengan meningkatnya gejala ngidam. Estradiol adalah hormon seks perempuan yang dalam kadar sedikit juga dimiliki oleh laki-laki. Sebaliknya kadar hormon testosteron, hormon seks laki-laki, justru menurun cukup tajam pada calon bapak yang mengalami couvade syndrome.

Yang juga menarik, kadar hormon prolaktin, suatu hormon yang diproduksi oleh tubuh ibu pada saat hamil dan menyusui, juga dapat meningkat dalam darah seorang calon bapak. Para ahli menduga bahwa meningkatnya kadar prolaktin inilah yang menyebabkan seorang calon bapak biasanya menjadi lebih lembut, lebih telaten, dan lebih perhatian kepada anak-anak dalam masa menanti kelahiran sang buah hati, walaupun, misalnya, selama ini ia belum mempunyai anak.

Apa yang dikemukakan ini hanya merupakan teori yang coba direka oleh para ahli untuk menjelaskan fenomena couvade atau suami ngidam. Tepat atau tidaknya, wallahu alam. Yang jelas, couvade atau sympathetic pregnancy atau suami ngidam bukan merupakan sesuatu yang abnormal, walaupun mungkin saja merupakan ekspresi dari kemanjaan suami. Selamat menikmati dan mensyukuri Kasih Sayang Allah untuk ibu sekeluarga. Salam saya untuk bapak dan tak lupa untuk sang calon kakak.

0 komentar: